LIPUTAN KHUSUS:
Orang Terkaya Dukung Capres, Jatam: Dari Republik ke Oligarki
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menganggap andil para pebisnis di Pemilu 2024 menunjukkan betapa kuatnya oligarki sedang dibangun di negeri ini.
Tambang
Senin, 29 Januari 2024
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Pernyataan taipan Garibaldi Thohir atau Boy Thohir, yang mengklaim sejumlah pemilik grup usaha raksasa di Indonesia siap membantu memenangkan pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024, memantik reaksi publik. Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) misalnya, menganggap andil para pebisnis di Pemilu 2024 justru menunjukkan betapa kuatnya oligarki yang dicoba dibangun di negeri ini.
"Tak perlu menaruh harapan berlebih kepada para kontestan, partai politik pendukung dan tim pemenangan. Para kontestan yang sedang mempertahankan dan merebut kekuasaan itu, tidak lahir dan besar dari situasi krisis, sebagaimana situasi empiris yang dialami warga di lingkar tambang," kata Melky Nahar, Koordinator Nasional Jatam, dalam sebuah rilis, Rabu (24/1/2024).
"Sebaliknya, mereka justru menjadi bagian dari masalah, menikmati keuntungan berlipat-ganda di atas penderitaan warga di lingkar tambang," imbuhnya.
Sejumlah badan usaha yang disebut Boy Thohir tersebut, antara lain Djarum Grup (Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono), Sampoerna Grup (Putera Sampoerna/pewaris keluarga Sampoerna), Arini Saraswaty Subianto (Putri dari mendiang taipan Indonesia, Benny Subianto) dan Boy Thohir sendiri, selaku pemilik Adaro Grup.
Melky menuturkan, Grup Djarum memulai bisnisnya dari produk rokok kretek, yang kini merambah ke banyak sektor, mulai dari perbankan, digital, elektronik, properti, perhutanan, perkebunan sawit dan tebu, hingga bisnis kendaraan Listrik melalui PT Polytron Indonesia.
Seperti Grup Djarum, kata Melky, Sampoerna yang bisnisnya juga bermula dari pabrik rokok, kini juga semakin berkembang ke bisnis lain, mulai dari sektor pengolahan kayu, telekomunikasi, property, perbankan & koperasi, perkebunan kelapa sawit dan karet, hingga bisnis energi baru terbarukan (EBT) melalui penjualan hasil olahan pelet kayu (wood pellet) hasil kolaborasi dengan PT Sumber Global Energy Tbk. (SGER).
"Arini Saraswaty Subianto, putri dari mendiang taipan Indonesia, Benny Subianto, kini menjadi pemegang kendali perusahaan ayahnya, yaitu Persada Capital Investama. Lini bisnis perusahaan ini mencakup perkebunan, pertanian, konstruksi, properti, pertambangan, hingga pelayanan kesehatan," kata Melk, dalam sebuah rilis, Rabu (24/1/2024).
Melky menyebut, Arini juga memiliki relasi bisnis dengan Boy Thohir, bermula ketika ayah Arini, Benny Subianto, dan Edwin Soeryadjaya (anak William Soeryadjaya) membeli saham Adaro pada 2005 lalu. Saat ini, Arini, melalui PT Persada Capital Investama, tercatat sebagai pemegang, sekaligus menjabat sebagai komisaris.
Sementara perusahaan milik Boy Thohir, Adaro, adalah korporasi raksasa, dengan banyak entitas anak perusahaan, mencakup pertambangan, energi, smelter nikel, migas, property, perkebunan, jasa keuangan, hingga kendaraan listrik.
"Boy Thohir memiliki relasi bisnis dengan Sandiaga Uno, salah satunya melalui PT Saratoga Investama, perusahaan yang didirikan Sandiaga bersama Edwin Soeryadjaya. Saratoga menjadi pemegang saham di PT Adaro. Di PT Adaro Energy pun, Sandiaga juga tercatat sebagai pemegang saham," ujar Melky.
Di saat yang sama, kata Melky, Boy Thohir juga punya relasi bisnis dengan Luhut Binsar Pandjaitan dan Pandu patria Sjahrir, keponakan Luhut. Relasi bisnis itu salah satunya melalui PT Gojek Tokopedia (GoTo). GoTo bersama PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), milik Luhut, membangun perusahaan patungan bersama, yaitu PT Energi Kreasi Bersama, dengan nama brand “Electrum”.
Electrum berfokus pada pengembangan ekosistem dan industri kendaran listrik secara terintegrasi dari hulu ke hilir, meliputi manufaktur sepeda motor listrik, teknologi pembuatan baterai, infrastruktur penukaran (swap) baterai dan stasiun pengisian daya, hingga pembiayaan.
Juru Kampanye Jatam, Hema Situmorang menambahkan, pada Pemilu 2024, Boy Thohir, bersama Luhut dan Pandu sama-sama mendukung pasangan Prabowo-Gibran. Sementara Sandiaga, merupakan Ketua Badan Pemenangan Pemilu PPP, sekaligus menjabat sebagai Ketua Dewan Pakar TPN pasangan Ganjar-Mahfud.
"Dukungan langsung dari Boy Thohir, termasuk sejumlah taipan itu, menunjukkan betapa semakin menguatnya cengkeraman oligarki dalam Pemilu 2024. Pilihan politik yang berbeda antara politisi/pengusaha tetap memiliki titik temu kepentingan yang sama, yaitu sama-sama menjadi pemain industri pertambangan," kata Hema.
Hema berpendapat, dukungan para taipan kepada para pasangan capres-cawapres tersebut juga menggambarkan telah berubahnya konstelasi politik dan ekonomi pasca-Soeharto yang membuat kekuasaan tersebar kemana-mana serta pengaruh politiknya yang luas. Akibatnya, upaya untuk mendapatkan kemudahan dan proteksi politik dalam berbisnis makin lebar dan berbiaya tinggi.
"Semakin banyak kelompok pengusaha mendekati pusat kekuasaan menimbulkan biaya transaksi keuntungan pemburuan rente dalam kekuasaan," ucap Hema.
Menurut Hema, komposisi pengusaha dan atau politisi berlatar belakang pengusaha di setiap pasangan capres-cawapres 2024, dapat dipandang sebagai besarnya kepentingan bisnis dalam mempengaruhi kebijakan kontestan dan parpol pendukung. Hal ini berdampak pada berubahnya peran kekuasaan dari yang seharusnya berwatak pelayanan menjadi berorientasi keuntungan.
Melky menyebut, situasi ini semakin mencemaskan, mengingat tidak hanya Boy Thohir dan sejumlah taipan yang disebut diduga ikut mendukung Prabowo-Gibran. Karena, setidaknya ada 24 orang yang terafiliasi dengan bisnis tambang, termasuk capres Prabowo Subianto.
Demikian juga di pasangan Anies-Muhaimin, terdapat sekitar delapan orang yang terafiliasi dalam bisnis tambang. Sementara di pasangan Ganjar-Mahfud, terdapat sekitar sembilan orang, termasuk Sandiaga Uno, yang terafiliasi dengan bisnis tambang.
"Sejumlah nama itu, adalah daftar sementara yang terafiliasi dengan bisnis tambang. Mereka datang dari parpol dan non-parpol, dan sarat dengan kepentingan bisnisnya masing-masing," kata Melky.