LIPUTAN KHUSUS:
Nilai Nol untuk Kampanye Pilpres Soal Pelestarian Lingkungan
Penulis : Hilman Afif, Juru Kampanye Yayasan Auriga Nusantara
Memasuki bulan kedua masa kampanye Pilpres 2024, narasi pelestarian lingkungan masih sangat sepi beredar.
OPINI
Selasa, 16 Januari 2024
Editor : Yosep Suprayogi
DALAM waktu satu bulan, pemilihan presiden akan segera dilaksanakan. Baliho calon presiden-wakil presiden, calon legislatif dan logo-logo partai mulai "menghiasi" ibu kota hingga daerah-daerah. Namun ada yang kurang dari momen ini, yaitu narasi ide dan gagasan tentang pelestarian lingkungan.
Manuver yang dilayangkan oleh partai politik hari ini tidak sama sekali memperlihatkan kondisi politik yang mengedepankan pertarungan ide dan gagasan. Padahal, dunia sedang membutuhkan solusi atas situasi yang rumit terutama menghadapi krisis iklim. Seolah-olah sikap politik dalam konsolidasi partai melampaui kebutuhan untuk memberikan gagasan dan ide yang akan berdampak pada masyarakat luas.
Ide dan gagasan pelestarian lingkungan seharusnya menjadi topik yang secara masif dikampanyekan. Hal ini diperlukan mengingat kondisi lingkungan terus tergerus oleh agenda-agenda pembangunan yang dirancang secara serampangan. Namun saat ini publik harus mengkonsumsi perangai para partai dan kandidat politik yang nir-substansi.
Kebijakan eksploitasi sumber daya alam yang dilaksanakan secara ugal-ugalan hari ini adalah produk dari kontestasi politik tidak berbasis ide pembangunan berkelanjutan.
Kegagalan pemerintah dalam menyelamatkan Jakarta dari polusi buruk misalnya, adalah fenomena yang diakibatkan dari ketiadaan komitmen penyelenggara negara dalam menyediakan ruang sehat bagi penduduk. Selain itu, Program Strategis Nasional berupa pembangunan Bendungan Bener di Desa Wadas dan food estate di Kalimantan Tengah juga menjadi bukti bahwa kebijakan ini diambil tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan dan hak-hak masyarakat lokal.
Bahkan, ini diperparah dengan kejadian ancaman yang menyasar para pembela lingkungan. Mereka mati-matian memperjuangkan haknya untuk mendapatkan lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Auriga Nusantara mencatat, sepanjang periode 2014 hingga 7 Desember 2023, telah terjadi 130 kasus ancaman kepada para pembela lingkungan (environmental defender). Lebih dari 60% berupa kriminalisasi oleh instrumen negara yaitu kepolisian.
Kebutuhan mendesak mitigasi dan adaptasi iklim
Saat ini dunia sedang dalam masa transformasi. Krisis iklim telah mendorong kondisi bumi ke ranah yang belum pernah terjadi sebelumnya, kerusakan ekosistem, naiknya permukaan laut hingga perubahan cuaca ekstrim. Fenomena yang disebutkan dapat terlihat jelas dari deforestasi yang cenderung naik di provinsi kaya hutan, sebagian wilayah di Jakarta dan Jawa Tengah yang telah terendam air laut, hingga kebakaran hutan dan lahan di wilayah selatan akibat kemarau panjang.
Bahkan, permasalahan ini telah terprediksi. Mengacu pada jurnal Incorporating network perspective in foresight: a methodological proposal karya Yanuar Nugroho dan Ozcan Saritas, memperlihatkan bahwa terdapat 5 tren isu teratas pada tahun setelah 2025, 3 di antaranya adalah krisis iklim, kesadaran akan kelestarian lingkungan dan kelangkaan sumber daya alam. Sehingga dalam konteks Indonesia, dibutuhkan pemimpin yang memiliki gambaran besar untuk mengatasi problematika tersebut.
Apa daya, hasil penelitian Monash Climate Change Communication Research Hub (MCCCRH) Indonesia menunjukkan bahwa dokumen visi-misi ketiga pasang capres hanya memuat sekitar 1 persen kata-kata yang terafiliasi dengan kebijakan perubahan iklim dan lingkungan. Dengan kata lain, tidak ada keseriusan dari para kandidat untuk melakukan pelestarian atau pemulihan lingkungan di tengah gempuran krisis iklim.
Melihat kondisi tersebut, dokumen target iklim nasional yang telah disahkan oleh Presiden Joko Widodo pada 2022 lalu bisa jadi hanya akan menjadi konsep tanpa aksi. Target menahan laju pemanasan suhu bumi ke angka maksimum 1,5 derajat celsius akan menjadi dongeng di masa depan. Indonesia tidak akan mampu mencapai target iklim jika para calon pemimpin pemerintah tidak memiliki ide dan gagasan pelestarian lingkungan. Jangan harap bahwa anak cucu kita nanti dapat menikmati lingkungan hidup yang bersih dan sehat
Hanya dalam hitungan hari debat keempat Pilpres dengan tema Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat dan Desa akan diselenggarakan. Jika dalam 2 bulan masa kampanye ini para peserta sama sekali tidak menyuarakan kegentingan lingkungan hidup, semoga debat nanti akan diwarnai dengan tarung ide dan gagasan pelestarian lingkungan.