LIPUTAN KHUSUS:

Studi: Polusi Suara Tambang Laut dalam Berbahaya bagi Paus Biru


Penulis : Kennial Laia

Polusi suara dari penambangan laut dalam dapat menyebabkan kerusakan pada hewan yang sensitif dan cerdas seperti paus biru, lumba-lumba, dan porpoise.

Konservasi

Senin, 20 Februari 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Penambangan laut dalam disebut dapat menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada puas biru dan makhluk laut langka lainnya. 

Hal itu terungkap dalam sebuah makalah peer-review yang diterbitkan oleh University of Exeter dan Greenpeace Research Laboratories. Para peneliti berfokus pada tumpang tindih antara cetacea (seperti paus, lumba-lumba, dan porpoise) dan lokasi target untuk penambangan laut dalam, terutama di Samudra Pasifik. Para penulis memperingatkan bahwa penelitian mendesak diperlukan untuk menilai ancaman terhadap mamalia ini. 

Penelitian yang dipublikasikan di Frontiers in Marine Science menemukan bahwa polusi suara khususnya dapat menyebabkan kerusakan pada hewan yang sensitif dan cerdas.

Para ilmuwan mengatakan gangguan itu akan konstan untuk mamalia laut, serupa dengan pekerjaan konstruksi yang bising di lingkungan manusia yang tidak mungkin dihindari.

Cetacea merupakan mamalia laut yang terancam oleh polusi suara akibat aktivitas pertambangan di laut dalam Samudra Pasifik. Dok WWF Indonesia

“Bayangkan jika lingkungan Anda tiba-tiba terganggu oleh pekerjaan konstruksi yang berlangsung 24/7, hidup Anda akan berubah drastis. Kesehatan mental Anda akan terganggu, Anda mungkin mengubah perilaku Anda untuk menghindarinya. Tidak ada bedanya dengan paus atau lumba-lumba,” kata Dr Kirsten Thompson, dari University of Exeter. 

Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa gangguan terus-menerus dapat menyebabkan kesehatan yang buruk.

Hingga saat ini, penilaian dampak dari penambangan terfokus pada spesies dasar laut, karena ini adalah area langsung yang ditambang. Namun, para ilmuwan mengatakan dampak terhadap cetacea dan hewan besar lainnya yang mungkin menghadapi bahaya dari polusi suara perlu segera dikaji sebelum izin pertambangan komersial diberikan.

Menurut makalah tersebut, lumba-lumba dan paus sperma termasuk di antara 25 spesies cetacea yang ditemukan di Zona Clarion-Clipperton (CCZ) antara Meksiko dan Hawaii di Samudera Pasifik. Namun, perusahaan pertambangan tertarik untuk mengekstraksi logam dan mineral dari dasar laut di kawasan ini, yang diyakini kaya akan material berharga. Sejauh ini 17 kontrak pertambangan laut dalam eksplorasi telah diberikan di bagian Samudera Pasifik ini.

Meskipun perusahaan pertambangan laut dalam belum mendapat izin untuk memulai penambangan secara komersial, mereka meminta lampu hijau dari pemerintah untuk pertama kalinya Juli ini. Para juru kampanye dan ilmuwan memperingatkan bahwa jika diizinkan, mesin dapat bekerja 24 jam sehari, menghasilkan suara pada berbagai kedalaman yang dapat tumpang tindih dengan frekuensi yang digunakan cetacea untuk berkomunikasi.

Logam untuk industri termasuk tembaga, kobalt, nikel, dan mangan berada di dasar laut, dan ada juga yang dianggap sebagai unsur tanah jarang seperti yttrium, serta urat emas, perak, dan platina yang substansial.

Louisa Casson, juru kampanye Greenpeace, mengatakan: “Perusahaan pertambangan laut dalam bertekad untuk mulai menjarah lautan, meskipun baru sedikit penelitian tentang dampak industri ini terhadap paus, lumba-lumba, dan spesies lainnya.

“Penambangan laut dalam dapat merusak lautan dengan cara yang tidak sepenuhnya kita pahami – dan mengorbankan spesies seperti paus biru yang telah menjadi fokus upaya konservasi selama bertahun-tahun. Pemerintah tidak dapat menegakkan komitmen mereka untuk melindungi lautan jika mereka membiarkan penambangan laut dalam dimulai.”

Guardian