LIPUTAN KHUSUS:
CSO Serukan Cina Harus Lindungi Keanekaragaman Hayati
Penulis : Aryo Bhawono
Temuan mereka menunjukkan banyak bank dan perusahaan asal Cina tidak memenuhi standar internasional perlindungan lingkungan, manusia, dan keanekaragaman hayati.
Biodiversitas
Senin, 09 Januari 2023
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Sebanyak 90 kelompok masyarakat sipil dari Asia, Afrika, Amerika Latin, dan dunia meminta pemerintah dan aktor Cina untuk melindungi keanekaragaman hayati dan manusia dalam investasi luar negerinya. Temuan mereka menunjukkan banyak bank, perusahaan, kontraktor, dan pengembang luar negeri asal Cina tidak memenuhi norma dan standar internasional dalam melindungi lingkungan, manusia, dan keanekaragaman hayati.
Permintaan ini diajukan karena negara itu memimpin Konferensi Para Pihak ke-15 Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD COP) pada November lalu. Masyarakat sipil dan komunitas yang terkena dampak menyuarakan keprihatinan bahwa banyak bank, perusahaan, kontraktor, dan pengembang luar negeri Cina yang tidak memenuhi norma dan standar internasional dalam melindungi lingkungan, manusia, dan keanekaragaman hayati, sebagaimana diwajibkan di bawah kerangka kerja keuangan hijau dan kebijakan luar negeri China.
Surat masyarakat sipil menyoroti komitmen Cina melindungi keanekaragaman hayati, dan memberikan rekomendasi konkret tentang bagaimana otoritas Cina dan aktor luar negeri dapat melakukan bagian mereka dalam menghentikan dan membalikkan krisis keanekaragaman hayati.
Surat menyebutkan 37 proyek kontroversial yang terkait dengan dampak keanekaragaman hayati, lingkungan, dan sosial yang berbahaya. Proyek-proyek itu saat ini didukung oleh bank dan perusahaan Tiongkok.
Selain itu mereka juga mencatat contoh menarik, diantaranya bank dan perusahaan Tiongkok telah menarik dukungan dari kegiatan dengan dampak keanekaragaman hayati yang berbahaya. Meskipun hal ini menjadi catatan baik, kasus itu menunjukkan kemampuan para pelaku Tiongkok untuk mengambil langkah-langkah positif melindungi keanekaragaman hayati.
Misalnya, aktor Cina yang mendanai Bendungan PLTA Tampur di Aceh dan Bendungan PLTA Batang Toru di Sumatera Utara, keduanya dianggap ramah lingkungan oleh pemerintah tetapi proyek itu menimbulkan risiko besar bagi ekosistem dan masyarakat setempat.
Seiring meluasnya Belt and Road Initiative (BRI), bank dan perusahaan Cina kemungkinan akan menjalankan proyek yang memiliki dampak lingkungan, sosial, dan keanekaragaman hayati yang signifikan. Bank dan perusahaan Cina harus meningkatkan mekanisme kelembagaan untuk melibatkan publik, komunitas yang terkena dampak, serta membangun kepercayaan dan kredibilitas di antara komunitas internasional dan lokal. Mereka diharapkan bersedia dan mampu mengidentifikasi dan mengatasi risiko keanekaragaman hayati yang ditimbulkan oleh aktivitas mereka di luar negeri.
Sebagai ketua COP CBD tahun 2022, pemerintah Cina, harus menunjukkan komitmen melindungi keanekaragaman hayati dengan meminta pertanggungjawaban bank dan perusahaan asal negaranya atas dampak luar negeri mereka yang berbahaya. Selain itu mereka juga harus mendorong aktor Cina untuk terlibat secara bermakna dan mengatasi masalah masyarakat.