LIPUTAN KHUSUS:
Terumbu Karang Murni Langka Ditemukan di Lepas Pantai Tahiti
Penulis : Aryo Bhawono
Terumbu karang yang baru ditemukan ini membentang sejauh 3 kilometer di kedalaman antara 35 hingga 70 meter
Kelautan
Selasa, 25 Januari 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Para ilmuwan tengah menjelajahi hamparan karang murni yang langka berbentuk mawar di lepas pantai Tahiti, Pasifik Selatan. Terumbu karang ini dianggap sebagai salah satu hamparan terbesar yang ditemukan di kedalaman tertentu dan tampaknya perubahan iklim atau aktivitas manusia.
Peneliti Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis, Laetitia Hédouin, mengatakan dia pertama kali melihat karang saat menyelam rekreasi dengan klub selam lokal beberapa bulan sebelumnya. Ia merupakan peneliti yang berada di Moorea, Polinesia Prancis
“Ketika saya pergi ke sana untuk pertama kalinya, saya berpikir, 'Wow, kita perlu mempelajari karang itu’. Ada sesuatu yang istimewa tentang karang itu,” kata dia seperti dikutip dari AP.
Karang yang tampak sehat dan tidak terpengaruh oleh peristiwa pemutihan pada tahun 2019 mengejutkannya. Karang adalah hewan kecil yang tumbuh dan membentuk terumbu di lautan di seluruh dunia.
Secara global, terumbu karang telah habis karena penangkapan ikan yang berlebihan dan polusi. Perubahan iklim juga merusak terumbu karang yang rapuh, termasuk yang berada di sekitar terumbu karang yang baru ditemukan, dengan pemutihan parah yang disebabkan oleh air yang lebih hangat. Menurut Laporan Proyek Pemantauan Terumbu Karang Global 2020, pada rentang 2009 dan 2018, 14 persen karang dunia mati.
Sedangkan terumbu karang yang baru ditemukan ini membentang sejauh 3 kilometer di kedalaman antara 35 hingga 70 meter. Keberadaannya berbeda dengan kebanyakan terumbu karang yang berada di perairan dangkal. Akhir tahun lalu pun ekspedisi penyelam yang didukung UNESCO mempelajarinya.
Penjelajahan ini penuh tantangan, semakin dalam penyelam menyelam di bawah air maka semakin pendek waktu yang dapat dihabiskan dengan aman. Tim dilengkapi dengan tangki khusus dan melakukan 200 jam penyelaman untuk mempelajari terumbu karang, termasuk mengambil foto, pengukuran, dan mengambil sampel karang.
Mantan ahli kelautan National Oceanic and Atmospheric Administration, Mark Eakin, menyebutkan terumbu karang berada di tempat yang banyak peneliti tidak dapat menghabiskan banyak waktu. Mereka memanfaatkan teknologi agar dapat memanfaatkan waktu di lokasi.
“Kami mungkin menemukan beberapa yang lebih besar di suatu tempat, tetapi saya pikir ini akan selalu menjadi karang yang tidak biasa,” ucapnya.
Letusan Gunung Tonga yang memicu gelombang tsunami di Pasifik juga tidak mempengaruhi terumbu karang di Tahiti..
Hédouin berharap penelitian ini dapat membantu para ahli memahami terumbu karang bertahan terhadap perubahan iklim dan tekanan manusia, sekaligus perannya dalam ekosistem laut.
Kepala kebijakan kelautan dan Koordinasi Regional UNESCO, Julian Barbière, menyebutkan akan lebih banyak penyelaman direncanakan dalam beberapa bulan mendatang. “Kami hanya tahu sedikit tentang lautan, dan masih banyak yang perlu dicatat, perlu diukur,” kata dia.