LIPUTAN KHUSUS:
Greta Thunberg: Si Cerewet Penagih Janji
Penulis : Aryo Bhawono
Menagih, menagih, dan menagih. Itulah layaknya yang dilakukan oleh aktivis perubahan iklim kepada para politisi.
Sosok
Selasa, 28 September 2021
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Orang-orang telah melunasi haknya untuk memilih tapi untuk memastikan kebijakan berpihak pada penanganan perubahan iklim maka politisi harus ditagih.
Itulah yang dilakukan oleh Greta Thunberg melalui aksi Friday for Future (FFF). Situs dw.com melaporkan pada Jumat lalu (24/9) Greta bergabung dengan aksi protes itu di Berlin, Jerman. Pesannya adalah ‘tidak ada partai politik yang melakukan, bahkan cukup dekat’ untuk memerangi krisis iklim.
“Ya, kami harus memilih, anda harus memilih. Tetapi ingat bahwa memilih tidak akan cukup. Kami harus terus turun ke jalan,” ucapnya di tengah aksi di depan Gedung Reichstag, parlemen Jerman.
Aksi di Jerman sendiri dilakukan serentak di Berlin, Hamburg, Freiburg, Cologne, dan Bonn, menjelang berakhirnya pemilu di negara itu. Komposisi partai pemenang akan menentukan siapa pengganti Angela Merkel, sang kanselir iklim. Ia telah gagal untuk mendorong undang-undang lingkungan yang signifikan dalam dekade terakhir.
Koordinator FFF Jerman, Luisa Neubauer, menyebutkan aksi FFF dilakukan untuk menciptakan tekanan dari jalanan. Menurutnya partai politik belum menganggap bencana iklim dengan cukup serius. Aksi ini menunjukkan kaum muda menginginkan "tidak ada lagi alasan" dari politisi yang lebih tua tentang keadaan dunia yang akan mereka tinggalkan.
Aksi ini berhasil membuat kandidat kanselir berbicara. Kandidat Persatuan Demokratik Kristen (CDU) Merkel Armin Laschet, peringkat kedua dalam jajak pendapat, berbicara melalui instagram untuk menyerukan aksi iklim.
Kandidat dari Partai Hijau, Annalena Baerbock, turut turun ke jalan dalam aksi FF di Cologne. Ia merupakan kandidat paling muda.
"Sama seperti di Cologne, puluhan ribu anak-anak, kaum muda dan orang-orang dari segala usia turun ke jalan hari ini di seluruh Jerman dalam pemogokan iklim dan memperjelas: Mereka menginginkan awal yang baru karena mereka tahu bahwa masa depan semua kita dipertaruhkan," kata Baerbock di Twitter.
FFF melakukan pemogokan sebagai aksi protes kebijakan yang tak berpihak pada perubahan iklim. Mereka telah beraksi di 1.400 peristiwa pada lebih dari 80 negara.
Gerakan FFF sendiri diorganisir oleh Greta. Ia memulai gerakan mogok sekolah pada usia 15 tahun di Agustus 2018 dan melakukan aksi tiga pekan sebelum Swedia, negara tempat tinggal Greta, melakukan pemilu.
FFF sendiri boleh dikatakan menjadi pengembangan gerakan mogok sekolah Greta. Aksi ini memberikan tekanan kepada pemerintah untuk memenuhi target emisi karbon. Aksi serupa dilakukan lebih dari 20 ribu pelajar Inggris hingga Jepang pada Desember 2018, tujuannya menagih politisi memberikan kebijakan penanganan perubahan iklim.
BBC menuliskan setahun setelah aksi ini ia duduk sebagai nominasi Nobel Perdamaian untuk aktivis iklim. Aksinya tak pernah surut walau ia mengidap sindrom Asperger, gangguan neurologis yang tergolong ke dalam gangguan spektrum autisme.
Tagihannya kepada pemimpin dunia dilayangkan setelah menyeberangi Samudra Atlantik menggunakan yacht untuk mengunjungi Konferensi Perubahan Iklim PBB di New York, AS pada 2019. Sesampai disana ia justru menghardik di depan podium.
“Anda semua datang kepada kami kaum muda untuk harapan. Beraninya kamu? Anda telah mencuri mimpi dan masa kecil saya dengan kata-kata kosong Anda,” katanya.
Ia pun tak ragu berhadapan dengan pemimpin dunia yang tak mendukung kebijakan perubahan iklim Seperti Donald Trump dan Vladimir Putin. Apapun sikap mereka, baginya pemimpin negara atau dunia-- dan para politisi, harus ditagih dengan cara apapun.