LIPUTAN KHUSUS:

Innalillahi, Bayi Orang Utan Meninggal di PLTA Batang Toru


Penulis : Kelakai JAKARTA

PLTA telah membelah dan menghancurkan ruang jelajah orang utan tapanuli sehingga menurunkan kemampuan mereka dalam mencari makan.

Satwa

Selasa, 17 September 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Bayi orang utan tapanuli ditemukan sekarat di lokasi proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) PT North Sumatra Hydro Energy (PT NSHE) di Batang Toru, Sumatera Utara. Anak orang utan itu kemudian meninggal ketika sedang diberikan pertolongan.

Faisal Rizal, juru bicara Forum Masyarakat Pegiat Konservasi Tabagsel (FMPKT) , menyampaikan kabar tersebut pada Senin (16/9). Peristiwanya sendiri, kata dia, terjadi pada 4 Agustus 2024. Sebelumnya, ujar Faisal, satu individu orang utan juga meninggal pada Juni.

Mengutip keterangan saksi mata, Faisal mengatakan, bayi orang utan itu berada di tanah ketika ditemukan. “Tidak seperti biasanya, anakan akan selalu dalam gendongan ibunya,” ujarnya.

Umur bayi orang utan berkelamin laki-laki itu diperkirakan sekitar 1 tahun. Badannya kurus, perutnya terlihat membuncit, diduga mengalami malnutrisi (kurang gizi).

Bayi orang utan tapanuli di PLTA Batang Toru (Foto: Istimewa)

Orang utan tapanuli (Pongo tapanuliensis) merupakan satu dari tiga spesies dalam genus orang utan (Pongo). Orang utan tapanuli merupakan spesies yang paling baru ditemukan, setelah penemuan spesies orang utan kalimantan (Pongo pygmaeus) dan orang utan sumatra (Pongo abelii).

Orang utan tapanuli baru diakui sebagai spesies baru setelah para peneliti melakukan penelitian filogenetik pada 2017. Penelitian tersebut menganalisa 37 sampel genetik orang utan dari Sumatra dan Kalimantan dan penelitian morfologi terhadap kerangka 34 orang utan jantan.

Habitatnya sejauh ini baru diketahui hanya ada di ekosistem Batang Toru, Tapanuli Selatan. Populasinya diperkirakan berkisar 700-an individu.

Lokasi Penemuan Bayi orang utan tapanuli di PLTA Batang Toru (Foto: Istimewa)

Bayi orang utan itu ditemukan di koordinat N: 1° 29’ 31.4” E: 99° 06’ 01.9” atau di dalam kawasan proyek PLTA Batang Toru. Oleh karena itu, Presidium FMPKT meminta PT.NSHE bertanggung jawab atas kejadian tersebut. “Temuan bayi orang utan yang sekarat itu merupakan  dampak dari aktivitas pembangunan PLTA. Proyek PLTA ini telah menghancurkan kawasan hutan ekosistem Batang Toru yang menjadi habitat orang utan tapanuli,” demikian FMPKT menyatakan dalam rilisnya.

Pembangunan PLTA, menurut FMPKT,  telah membelah dan menghancurkan ruang jelajah orang utan tapanuli sehingga menurunkan kemampuan mereka dalam mencari kebutuhan pakan. Ini sekaligus menunjukkan kegiatan proyek ini tidak menerapkan prinsip dan praktek yang ramah lingkungan.

Menurut Faisal, ada indikasi kematian bayi orang utan ini ditutupi. Soalnya, KLHK dan BBKSDA Sumut sejauh ini belum memberikan penjelasan detail kepada publik mengenai kejadian dan penyebab matinya. Padahal, kejadiannya sudah lewat sekitar 1,5 bulan.

Forum juga mendapat kabar, masih ada beberapa individu orang utan tapanuli yang sedang direhabilitasi karena malnutrisi di lokasi proyek.

PLTA Batang Toru merupakan PLTA yang dibangun di Sungai Batang Toru di Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Pembangkit listrik ini dijadwalkan akan beroperasi pada 2026, mundur dari rencana semula, pada 2022. Dikembangkan oleh PT NSHE, Batang Toru akan menghadilkan listrik sebesar 4x127,5 MW.

Hingga berita ini diturunkan belum ada pernyataan dari PT NSHE maupun pejabat pemerintah terkait.

Bayi orang utan tapanuli di PLTA Batang Toru (Foto: Istimewa)