LIPUTAN KHUSUS:

Ikan Endemik Terancam Punah Ditemukan di Berau


Penulis : Kennial Laia

Hore.., ikan atuk sembelung yang terancam punah ditemukan di Berau, Kalimantan Timur. Sebelumnya ikan ini diketahui hanya ada di DAS Mahakam.

Biodiversitas

Sabtu, 11 Mei 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Peneliti menemukan spesies ikan tawar terancam punah dalam survei di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Riset tersebut juga menyatakan terdapat potensi spesies baru jika penelitian dilanjutkan. 

Tim penelitian ini, yang merupakan gabungan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), meriset keanekaragaman hayati biota air tawar di Sungai Kelay dan Muara Siran di Berau sepanjang 2023. 

Mereka menemukan jenis ikan dengan nama lokal atuk sembelung (Pangio alternans) ternyata berumah di Sungai Kelay, Berau. “Ikan ini endemik Kalimantan yang berstatus terancam punah,” kata Donan Satria Yudha, dosen Fakultas Biologi UGM, dalam seminar bertajuk “Sosialisasi Hasil Penelitian Potensi Keanekaragaman Hayati Biota Perairan di Muara Siran dan Sungai Kelay”, di Samarinda, 7 Mei 2024. 

Sungai Kelay berada di dalam konsesi usaha kehutanan yang dikelola PT Wana Bakti Persada Utama (WBPU). Menurut penelitian tersebut, perairan ini merupakan habitat bagi 39 spesies ikan dan lima spesies krustasea. Ikan atuk bensong (Barbodes bunau), yang berstatus rentan, juga ditemukan di lokasi yang sama. 

Foto udara perairan Muara Siran, Berau, Kalimantan Timur. Peneliti menemukan ragam biodiversitas dan merekomendasikan agar pengenalan spesies asing dan invasif dihindari di area ini. Dok. Arif Rifqi/YKAN

“Temuan ini menunjukkan bahwa perairan di sekitar PT WBPU dalam kondisi yang masih alami, tidak mengalami gangguan berat, dan menjadi habitat yang sesuai bagi biota perairan,” ujar Donan.

PT WBPU menguasai area konsesi seluas 44.402 hektare di wilayah tersebut. Dalam situs PT WBPU, perusahaan yang berdiri pada 1999 ini menyatakan komitmennya untuk menjaga keseimbangan antara produksi, konservasi, dan tanggung jawab sosial yang memberi dampak pada kesejahteraan masyarakat di wilayah konsesi melalui praktik multiusaha dan pengelolaan hutan yang bertanggungjawab pada kelestarian alam.

Untuk pengelolaan hutan lestari, PT WBPU mengaplikasikan perangkat pendukung seperti Peranti Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL Tools) yang meliputi aspek produksi, sosial, lingkungan, dan resolusi konflik.

Spesies air tawar terancam punah, atuk sembelung (Pangio alternans) ditemukan di habitat baru di Berau, Kalimantan Timur. Dok. UGM

Data penelitian sebelumnya menyebut, atuk sembelung biasa ditemui di bagian tengah Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam, khususnya di sebuah sungai gambut yang mengalir masuk ke Sungai Mahakam (Daniels, 2020). Ikan lainnya, atuk bensong, diketahui habitatnya mudah ditemui di DAS Seturan Malinau, Kalimantan Utara. Donan mengatakan keberadaan mereka di Berau menjadi informasi baru. 

Para peneliti mengatakan, biota air tawar mencakup sepertiga dari seluruh spesies vertebrata yang ada. Namun, secara global, populasi biota air tawar yang dipantau telah menurun, rata-rata 83% sejak 1970 – jauh lebih cepat dari biota darat atau laut. Untuk Indonesia–khususnya Kalimantan Timur –penelitian belum banyak dilakukan. 

Berdasarkan informasi warga setempat, masih terdapat spesies ikan yang belum dijumpai selama penelitian, yakni patin (Pangasius sp.) dan sidat (Anguilla sp.). Hal ini menunjukkan bahwa daftar spesies ikan masih dapat bertambah jika survei dilanjutkan. Habitat perairannya pun terbukti menyimpan potensi keanekaragaman hayati ikan dan krustasea yang tinggi, termasuk potensi temuan spesies baru. 

Penelitian menggunakan metode purposive sampling, dengan penangkapan pasif maupun aktif selama 10 hari. Pada tipe penangkapan pasif, peneliti menggunakan perangkap untuk mengambil sampel. Adapun pada tipe penangkapan aktif, peneliti langsung mengambil sampel dengan menggunakan berbagai alat tangkap. 

Ikan atuk sapan (Tor tambra), spesies lain yang ditemukan di Sungai Kelay, Berau. Dok. UGM

Ancaman spesies invasif 

Selain temuan menggembirakan ini, para peneliti khawatir dengan hasil temuan lainnya. Pasalnya di lanskap desa Muara Siran, Kutai Kartanegara, Berau, mereka turut menemukan spesies invasif. 

Survei lapangan menghitung terdapat 57 spesies ikan dan spesies krustasea di area tersebut. Dari daftar ini, 51 spesies ikan dan empat spesies krustasea merupakan spesies asli Indonesia. Sisanya spesies introduksi atau alien. “Ada yang invasif dan ada yang berstatus asing,” ujar Rury Eprilurahman, anggota tim peneliti dan dosen di Fakultas Biologi UGM. 

Menurut Rury, spesies invasif seperti ikan nila, sapu-sapu, dan mas, sangat mudah ditemukan di wilayah Muara Siran dan sekitarnya. Adapun yang berjenis asing seperti ikan patin, sepat siam, dan hudang. 

Rury mengatakan, perlu lebih banyak sosialisasi tentang dampak spesies asing ini. “Spesies yang diintroduksi ini akan mengancam bagi ekosistem dan kelestarian spesies asli,” ujarnya. 

Krustasea turut menjadi objek penelitian biodiversitas di Berau, Kalimantan Timur. Dok. Arif Rifqi/YKAN

Rury merekomendasikan agar dilakukan pelarangan pelepasliaran spesies asing di wilayah desa dan sekitarnya. Muara Siran masih memiliki danau dan rawa gambut yang terjaga baik di Kalimantan Timur.  Lahan gambut di desa ini merupakan daerah resapan air dan hutan rawa gambut dengan formasi pohon kahoi (Shorea balangeran) terbesar di provinsi tersebut. 

Langkah awal 

Manajer Senior Program Terestrial YKAN, Niel Makinuddin, mengatakan biota air tawar sering terlepas dari mata rantai konservasi. Menurutnya ini karena manusia terbiasa menemukannya di pasar dan ada kemudahan akses menuju perairan air tawar. 

Padahal menurut Niel, topografi pulau Kalimantan dikelilingi sungai dan danau besar, yang merupakan surga utama biota air tawar. “Penelitian ini merupakan langkah awal dalam mendokumentasikan kekayaan biota ekosistem air tawar di Kalimantan Timur,” ujar Niel. 

Niel berharap dengan hasil yang dipaparkan hari ini, menjadi rekomendasi kebijakan untuk menyelamatkan spesies endemik, khususnya yang sudah berstatus terancam punah dan sekaligus memperkuat implementasi Pembangunan Hijau Kaltim (Green Growth Compact). 

Pemandangan Muara Siran, Berau, Kalimantan Timur. Dok. Arif Rifqi/YKAN

Wakil Ketua Yayasan Wahana Gerakan Lestari Indonesia Susilo Irwan Jasmono mengatakan, selama ini warga lokal hanya memanfaatkan sebatas konsumsi. Menurutnya, ada potensi besar untuk ikan hias dan wisata minat khusus di Kalimantan Besar, sebagai bagian dari konsevasi biota air tawar. 

Ia menyarankan untuk membuat master plan pengelolaan biota air tawar ini. “Semakin cepat diatur tata kelolanya, maka semakin terjamin kelestariannya.”