Kerusakan Mangrove dan Gambut Tingkatkan Keasaman Perairan Laut
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Gambut
Senin, 05 Juni 2023
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Kerusakan mangrove dan gambut yang mengakibatkan pelepasan karbondioksida (CO2) di darat, dapat berdampak sistemik terhadap peningkatan pengasaman perairan pesisir/laut. Hal tersebut disampaikan Widodo Setiyo Pranowo, Peneliti Ahli Utama Pusat Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dalam Webinar Nasional Thallophyta secara daring, Sabtu (27/5/2023) kemarin.
Widodo mengatakan peningkatan pengasaman tersebut, dapat mengancam ekosistem biota laut, seperti menghambat pertumbuhan karang dan cangkang biota kerang/siput laut dan sebagainya. Kerusakan hutan gambut di wilayah hulu, lanjut dia, bisa melepaskan karbondioksida ke atmosfer, dan juga menggelontorkan karbon dari tanah gambut yang terbongkar, mengalir ke sungai.
"Kemudian berakhir di perairan pesisir yang dalam jangka waktu lama bisa mengasamkan laut," terang Widodo.
Upaya penanaman atau penambahan luas mangrove dan lamun, lanjut Widodo, dapat meningkatkan penyerapan atau penyimpanan CO2 di dalam tanah/sedimen. Mangrove dan seagrass juga akan menyediakan nutrien dan menjadi tempat asuhan (nursery ground) bagi biota/ikan yang menjadi bahan pangan manusia.
Lebih lanjut dia menjelaskan, perubahan iklim memberikan efek pada keberlangsungan hidup biota laut dan juga masyarakat di sekitarnya. Global warming, pengasaman laut, dan kerusakan pesisir akan mempengaruhi keberlangsungan kehidupan laut dan sekitarnya, salah satunya kehidupan mangrove dan karang.
Lebih lanjut, Widodo menerangkan, mangrove mempunyai fungsi sebagai penyerap karbondioksida di angkasa. Mangrove dan seagrass (lamun) berperan dalam penyerapan/penyimpanan karbon. Dengan demikian, semakin banyak dan semakin tumbuh besar mangrove, maka akan semakin banyak menyimpan karbon.
"Indonesia memiliki wilayah mangrove dan lamun, masing-masing sekitar lebih dari 3 juta hektare. Dengan luasan tersebut, Indonesia memiliki kontribusi peran yang sangat besar bagi kehidupan di Asia Tenggara bahkan di dunia, selain menyerap karbon sebagai upaya memperlambat laju pemanasan global, juga menghasilkan oksigen," terang Widodo.
Indonesia sebagai benua maritim yang disebut sebagai nusantara, imbuh Widodo, memiliki interaksi yang sangat kuat antara darat, laut dan atmosfernya. Karena itu perubahan iklim juga bisa mempengaruhi pertumbuhan mangrove, selain adanya gangguan antropogenik atau kerusakan yang diakibatkan oleh manusia.
SHARE