Katak dan Kadal dalam Perlindungan CITES
Penulis : Aryo Bhawono
Satwa
Minggu, 04 Desember 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - CITES memberlakukan perlindungan lebih ketat terhadap hiu, kura-kura, kadal, dan katak. Walau konferensi yang mereka gelar telah memberlakukan perlindungan lebih dari 500 satwa namun delegasi Uni Eropa menolak perlindungan lebih ketat terhadap badak, kuda nil, gajah, dan macan tutul.
Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Fauna dan Flora Liar yang Terancam Punah (The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora/CITES) menyelesaikan konferensi mereka di Panama pada Jumat lalu (25/11/2022). Mereka memberlakukan perlindungan untuk spesies hiu yang terancam perdagangan sirip dan sejumlah kura-kura, kadal, dan katak yang jumlahnya kian menyusut karena perdagangan hewan peliharaan. Para delegasi memberlakukan perlindungan untuk lebih dari 500 spesies.
Dikutip dari AP, konferensi satwa liar PBB juga menolak proposal untuk membuka kembali perdagangan gading. Larangan gading diberlakukan pada tahun 1989.
“Para pihak CITES sepenuhnya menyadari tanggung jawab mereka untuk mengatasi krisis hilangnya keanekaragaman hayati dengan mengambil tindakan untuk memastikan bahwa perdagangan satwa liar internasional berkelanjutan, legal dan dapat dilacak,” kata Sekretaris Jenderal Ivonne Higuero dalam sebuah pernyataan.
Perdagangan menopang kesejahteraan manusia, tetapi memperbaiki hubungan manusia dengan alam harus dilakukan. Keputusan yang dihasilkan dari pertemuan ini akan melayani kepentingan konservasi dan perdagangan satwa liar, yang tidak mengancam keberadaan spesies tumbuhan dan hewan di alam liar, untuk generasi mendatang.
Perjanjian perdagangan satwa liar internasional, yang diadopsi 49 tahun lalu di Washington, D.C., telah dipuji karena membantu membendung perdagangan gading dan cula badak yang ilegal dan tidak berkelanjutan, serta perlindungan terhadap paus dan penyu.
Tapi keterbatasan CITES mendapat kecaman, termasuk soal ketergantungannya pada negara-negara berkembang yang kekurangan uang untuk memerangi perdagangan ilegal. Padahal bisnis perdagangan ilegal menjanjikan keuntungan sekitar 10 miliar dolar AS per tahun.
Salah satu pencapaian terbesar tahun ini adalah peningkatan atau perlindungan bagi lebih dari 90 spesies hiu, termasuk 54 spesies hiu requiem, hiu bonnethead, tiga spesies hiu martil, dan 37 spesies ikan gitar. Banyak yang belum pernah memiliki perlindungan perdagangan seperti ini. Kini, di bawah Lampiran II, perdagangan komersial spesies akan diatur.
Populasi hiu global menurun, kematian tahunan diakibatkan perikanan mencapai sekitar 100 juta. Hiu kebanyakan dicari untuk siripnya, yang digunakan dalam sup sirip hiu. Kelezatan masakan ini populer di Cina dan tempat lain di Asia.
"Spesies ini terancam oleh perikanan yang tidak berkelanjutan dan tidak diatur yang memasok perdagangan internasional daging dan sirip mereka, yang telah mendorong penurunan populasi yang luas," ucap Direktur Senior Satwa Liar di Humane Society International, Rebecca Regnery, melalui sebuah pernyataan pers.
Dengan daftar Apendiks II, kata dia, pihak CITES dapat mengizinkan perdagangan hanya jika tidak merugikan kelangsungan hidup spesies di alam liar, memberikan bantuan yang dibutuhkan spesies ini untuk pulih dari eksploitasi berlebihan.
Konferensi tersebut juga memberlakukan perlindungan bagi puluhan spesies kura-kura, kadal, dan 160 spesies amfibi termasuk katak kaca. Katak kaca memiliki kulit tembus cahaya yang justru menjadikan mereka favorit dalam perdagangan hewan peliharaan. Beberapa jenis burung kicau juga mendapat perlindungan perdagangan serta 150 jenis pohon.
“Sudah di bawah tekanan ekologis yang sangat besar akibat hilangnya habitat, perubahan iklim, dan penyakit, perdagangan katak kaca yang tidak terkelola dan berkembang memperburuk ancaman yang sudah ada terhadap spesies ini. Perdagangan ini harus diatur dan dibatasi pada tingkat yang berkelanjutan untuk menghindari bertambahnya berbagai ancaman yang sudah mereka hadapi,” Direktur Negara AS untuk Dana Internasional untuk Kesejahteraan Hewan, Danielle Kessler.
Tetapi beberapa proposal yang lebih kontroversial tidak disetujui. Beberapa negara Afrika dan kelompok konservasi berharap untuk melarang perdagangan kuda nil. Tapi itu ditentang oleh Uni Eropa, beberapa negara Afrika dan beberapa kelompok konservasi, yang berpendapat banyak negara memiliki populasi kuda nil yang sehat dan perdagangan bukanlah faktor penurunan mereka.
"Mamalia yang disayangi secara global seperti badak, kuda nil, gajah, dan macan tutul tidak mendapat perlindungan lebih pada pertemuan ini sementara sekelompok orang aneh yang luar biasa memenangkan kemenangan konservasi," kata Direktur Hukum internasional di Pusat Keanekaragaman Hayati, Tanya Sanerib.
Di tengah krisis kepunahan yang menyayat hati, kata dia, kita membutuhkan kesepakatan global untuk memperjuangkan semua spesies, bahkan ketika sedang diperdebatkan.”
SHARE