Kapa K-61: Dari Pengakut Artileri ke Translokasi Badak Jawa

Penulis : Gilang Helindro

Badak

Sabtu, 07 Juni 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Kementerian Kehutanan terus mematangkan rencana translokasi badak jawa dari habitat alaminya ke area penangkaran khusus Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) di Kabupaten Pandeglang, Banten.

Proses pemindahan satwa langka ini akan melibatkan sejumlah mitra strategis, termasuk TNI Angkatan Laut, Yayasan Badak Indonesia (YABI), dan mitra konservasi lainnya.

Dirjen KSDAE, Satyawan Pudyatmoko, menjelaskan bahwa translokasi ini bukan sekadar pemindahan lokasi, tetapi bagian penting dari strategi konservasi jangka panjang. Salah satu tujuannya adalah untuk mendukung program pengembangbiakan (breeding) serta memperkuat keanekaragaman genetik populasi Badak Jawa.

“Kondisi populasi Badak Jawa di alam menunjukkan indikasi penurunan variasi genetik. Translokasi ke JRSCA diharapkan dapat mencegah terjadinya inbreeding dan memperkuat ketahanan genetik spesies ini,” ungkap Satyawan dalam keterangan resminya Rabu lalu, 4 Juni 2025.

Simulasi translokasi badak jawa akan dilakukan dari Semenanjung Ujung Kulon menuju JRSCA yang terletak di Desa Ujungjaya, Kabupaten Pandeglang. Foto: istimewa/KLH

Translokasi akan dilakukan dari Semenanjung Ujung Kulon menuju JRSCA yang terletak di Desa Ujungjaya, Kabupaten Pandeglang. Meskipun masih berada dalam kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, jarak tempuh antara dua lokasi tersebut mencapai 14 kilometer dan harus melintasi perairan.

Untuk memastikan proses berjalan aman dan efisien, Batalyon Kendaraan Amfibi Pengangkut Artileri (Yonkapa) 1 Marinir telah melakukan simulasi penggunaan kendaraan amfibi tempur (Ranpur) Kapa K-61 pada Rabu (28/5) di Jakarta. Simulasi ini bertujuan untuk menguji kemampuan Ranpur dalam mengangkut kandang Badak Jawa melintasi laut.

“Simulasi ini penting untuk memastikan proses translokasi berjalan aman dan minim risiko, mengingat jarak tempuh lintas laut cukup panjang,” ujar Satyawan.

Keterlibatan TNI AL dalam kegiatan ini disebut sebagai wujud kolaborasi lintas sektor untuk pelestarian satwa liar. Komandan Yonkapa 1 Marinir, Mayor (Mar) Bayhaky C. Chipta, menyatakan bahwa kesiapsiagaan ini juga relevan dalam konteks penanganan bencana alam.

“Ranpur K-61 juga dapat digunakan untuk mendukung evakuasi satwa saat terjadi bencana seperti tsunami, letusan gunung api, atau kebakaran hutan,” jelasnya.

Dalam simulasi tersebut kata Satyawan, kandang transportasi yang digunakan dirancang khusus dengan sistem ventilasi dan penyangga internal guna mengurangi guncangan selama perjalanan. Kandang tersebut memiliki berat sekitar 1 ton, sedangkan bobot Badak Jawa yang disimulasikan mencapai 1,6 ton.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa Ranpur Kapa K-61 layak dan efektif digunakan untuk proses translokasi. Hal ini membuka harapan baru bagi kelangsungan spesies Badak Jawa salah satu mamalia paling langka di dunia dalam lingkungan yang lebih aman dan terkontrol.

Langkah ini menandai babak penting dalam upaya konservasi satwa langka di Indonesia, sekaligus menunjukkan pentingnya sinergi antara pemerintah, militer, dan organisasi konservasi dalam menjaga keberlanjutan keanekaragaman hayati.

SHARE