Bapak Presiden, Krisis Iklim adalah Krisis HAM

Penulis : Aryo Bhawono

Iklim

Jumat, 22 November 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Direktur Jenderal International Union for Conservation of Nature (IUCN), Grethel Aguilar, memperingatkan dampak krisis iklim terhadap manusia dan perekonomian sangat besar dan semakin dekat. Daftar Merah IUCN mencatat sebanyak 44 persen spesies karang perairan hangat dunia kini terancam punah dan 50 persen ekosistem bakau global terancam runtuh pada 2050.

“Ini hanyalah salah satu contoh dampak buruk perubahan iklim yang dapat berdampak besar bagi masyarakat dan ekonomi di seluruh dunia,” kata dia dalam Pidato di Sidang Pleno UNFCCC COP29 di Baku, Azerbaijan, pada Rabu (20/10/2024). "Seluruh negara harus mempercepat penghentian penggunaan bahan bakar fosil sekaligus melindungi, melestarikan, serta memulihkan alam," ujarnya lagi.

COP29 adalah COP keuangan. Menurut Aguilar, pertemuan ini harus berhasil menyepakati sasaran kuantifikasi kolektif baru yang kuat dan memungkinkan peningkatan tindakan mitigasi, adaptasi, serta kerugian dan kerusakan. Pemerintah juga harus memberikan lebih banyak dukungan bagi alam, masyarakat adat, komunitas lokal, dan tetap tanggap terhadap gender.

Menurut Dirjen Aguilar, alam menjadi pertaruhan atas perundingan COP29. Makanya sinergi yang lebih kuat di semua sektor dan generasi perlu disepakati. Bapak dan Ibu Presiden, ujarnya, "Krisis iklim adalah krisis hak asasi manusia.”

Director General IUCN Grethel Aguilar berpidato pada Sidang Pleno UNFCCC COP29 Baku, Azerbaijan, pada 20 November 2024. Foto: IUCN

Setiap hari jutaan penduduk, terutama di negara paling rentan, menderita dan menuntut hak mereka atas lingkungan yang sehat, perumahan, pemeliharaan budaya, dan pada akhirnya atas kehidupan.

Sebelumnya, saat COP29 digelar, IUCN menyebutkan 44 persen dari 892 spesies pembentuk terumbu karang perairan hangat statusnya dalam kondisi terancam. Aguilar menyebutkan kondisi penilaian karang ini menggambarkan dampak parah dari krisis iklim

"Ekosistem yang sehat seperti terumbu karang sangat penting bagi mata pencaharian manusia—menyediakan makanan, menstabilkan garis pantai, dan menyimpan karbon. Perlindungan keanekaragaman hayati kita tidak hanya penting bagi kesejahteraan kita tetapi juga penting bagi kelangsungan hidup kita,” kata dia. 

Perubahan iklim, ujarnya, tetap menjadi ancaman utama bagi karang pembentuk terumbu dan menghancurkan sistem alam. 

Krisis iklim merupakan ancaman utama bagi spesies karang pembentuk terumbu. Penilaian kondisi terumbu karang tersebut mempertimbangkan pembaruan status terumbu karang terkini oleh Jaringan Pemantauan Terumbu Karang Global (Global Coral Reef Monitoring Network/GCRMN). 

Pada masa mendatang data Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) perlu memetakan skenario pemanasan di masa depan. Selain krisis iklim dan peristiwa pemutihan parah terkait, karang dipengaruhi oleh ancaman meluas lainnya termasuk polusi, limpasan pertanian, penyakit, dan penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan.

Misalnya, karang tanduk rusa (Acropora cervicornis) dan karang tanduk rusa (Acropora palmata) adalah dua spesies yang Sangat Terancam Punah di Karibia yang telah mengalami penurunan signifikan akibat peningkatan pemanasan, polusi air, badai, dan dampak parah penyakit karang.

“Kita perlu memangkas emisi gas rumah kaca secara drastis di samping tindakan untuk mengatasi ancaman lokal jika kita ingin memberi terumbu karang kesempatan untuk bertahan hidup,” kata Beth Polidoro, Koordinator Otoritas Daftar Merah Karang Komisi Kelangsungan Hidup Spesies IUCN.

SHARE