Awan di Tempatmu Hilang? Periksa Apakah Hutannya masih Ada
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Hutan
Senin, 12 Februari 2024
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Sebuah penelitian mengungkap wawasan terobosan tentang peran integral hutan dalam sistem iklim dan siklus air. Penelitian yang dipublikasikan di Nature Communications ini menggarisbawahi perlunya pemahaman yang lebih mendalam tentang dampaknya secara menyeluruh.
Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Stockholm University bersama dengan kolaborator internasional dari 11 institusi di lima negara, termasuk Swedia, Inggris, Finlandia, Jerman, dan Brasil ini menyoroti interaksi kompleks antara hutan dan kontribusinya dalam pembentukan awan, yang pada gilirannya dapat secara signifikan mempengaruhi suhu global.
Hutan, yang mencakup sepertiga dari permukaan bumi, sangat penting untuk penyimpanan karbon dan mengatur siklus air. Penelitian ini secara unik berfokus pada hutan boreal dan hutan tropis, yang masing-masing mencakup 27% dan 45% dari area hutan dunia. Kedua ekosistem ini menunjukkan perbedaan yang jelas dalam hal emisi dan proses pembentukan awan, yang mempengaruhi lingkaran umpan balik antara hutan, awan, dan iklim secara berbeda.
"Penelitian ini, dengan menggunakan data jangka panjang dari berbagai lingkungan hutan di Finlandia dan Brasil, menandai pertama kalinya bukti observasi disajikan untuk interaksi ini di hutan hujan tropis," kata Sara Blichner, salah satu penulis utama, seorang peneliti pascadoktoral di Departemen Ilmu Lingkungan di Universitas Stockholm, Rabu (7/2/2024), dilansir dari Earth.com.
Salah satu temuan penting dari penelitian ini adalah kurangnya representasi hutan dalam model iklim saat ini, terutama terkait perannya dalam pembentukan awan.
"Temuan kami menunjukkan bahwa model yang ada saat ini mungkin meremehkan dampak hutan terhadap pembentukan awan dan iklim, terutama di wilayah tropis, yang sangat penting karena tingginya radiasi matahari yang diterima daerah-daerah ini pada garis lintang tersebut," ujar Blichner.
Meskipun mengidentifikasi beberapa area yang perlu diperbaiki, Blichner menekankan keandalan model iklim dalam menangkap dinamika inti perubahan iklim. Model iklim, katanya, sangat dapat dipercaya dalam merepresentasikan proses utama perubahan iklim. Penelitian yang ia lakukan ini bertujuan untuk menyempurnakan model-model ini, mengurangi ketidakpastian dalam proyeksi iklim di masa depan.
Selain itu, penelitian ini menyoroti semakin pentingnya partikel alami dari hutan dalam sistem iklim, terutama ketika emisi partikel buatan manusia menurun karena kebijakan kualitas udara yang ketat. Emisi alami ini dapat semakin mempengaruhi reflektivitas awan dan, akibatnya, pemanasan global.
"Umpan balik aerosol alami diperkirakan akan menjadi lebih penting di masa depan, seiring dengan menurunnya emisi aerosol antropogenik akibat kebijakan kualitas udara," tulis para penulis studi.
Salah satu umpan balik tersebut diprakarsai oleh peningkatan emisi senyawa organik volatil biogenik (BVOC) dengan suhu yang lebih tinggi, yang mengarah pada produksi aerosol organik sekunder (SOA) yang lebih tinggi dan pendinginan permukaan melalui dampak pada sifat radiasi awan.
Upaya kolaboratif ini menggarisbawahi perlunya penelitian berkelanjutan dan peningkatan dalam pemodelan iklim untuk memprediksi skenario iklim di masa depan dengan lebih akurat.
Studi ini juga menekankan pentingnya mempertimbangkan konservasi hutan sebagai strategi penting dalam mitigasi perubahan iklim, mengingat peran hutan dalam memancarkan gas organik yang berkontribusi pada pembentukan partikel, reflektivitas awan, dan suhu permukaan yang berpotensi menjadi lebih dingin.
Seiring dengan meningkatnya suhu global, diharapkan hutan akan mengeluarkan lebih banyak gas, yang mengarah pada peningkatan pembentukan partikel dan lebih banyak awan yang memantulkan cahaya, yang merupakan faktor penting dalam pengaturan iklim.
SHARE