Walhi Kalbar Kaji Relasi Capres - Cawapres dan Bisnis Ekstraktif

Penulis : Aryo bhawono

Lingkungan

Kamis, 14 Desember 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Relasi pasangan capres dan cawapres maupun tim pemenangan dengan pengusaha industri ekstraktif menentukan sejauh mana keberpihakan mereka terhadap isu lingkungan. Visi Misi Capres terkait isu lingkungan juga masih bersifat normatif. Kepala Divisi Kajian dan Kampanye Walhi Kalimantan Barat, Hendrikus Adam, menyampaikan penilaian lembaganya ini melalui rilis pers pada Selasa (12/12/2023).

Menurut Hendrikus, tiga capres cawapres menyebutkan isu lingkungan dalam visi dan misi mereka. Ketiganya, secara eksplisit menyebutkan kata ‘ekologis dan lingkungan’.

Pasangan Capres-Cawapres No1 (Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar) menyebutkan isu lingkungan pada poin misi ke-1 dan ke-4. Pada poin ke-1 adalah memastikan ketersediaan kebutuhan pokok dan biaya hidup murah melalui kemandirian pangan, ketahanan energi, dan kedaulatan air. Ke-4 membangun kota dan desa berbasis kawasan yang manusiawi, berkeadilan, dan saling memajukan.  

Sedangkan pasangan Capres-Cawapres No 2 (Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming) poin misi soal lingkungan terdapat pada urutan ke-5 terkait hilirisasi dan mengembangkan industri berbasis sumberdaya alam. 

KPU memastikan isu lingkungan hidup akan masuk sebagai salah satu isu yang diprioritaskan menjadi pokok bahasan tema debat. Dok: KPU

Sementara poin misi lainnya Capres-Cawapres No 3 (Ganjar Pranowo-Mahfud MD) menempatkan isu lingkungan pada urutan ke-3, yakni ekonomi yang tangguh dan berdikari  (melalui Kedaulatan Pangan, termasuk industri pangan berkelanjutan dan lahan subur untuk petani).

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Barat menyebutkan penyertaan isu lingkungan pada visi-misi capres cawapres penting, meski tidak menjadi jaminan terselesaikannya persoalan lingkungan hidup yang berkeadilan dan menyeluruh. Selama ini  permasalahan dan konflik lingkungan kian kompleks dan meningkat. 

“Sementara regulasi justru mempermudah jalan ekstraksi sumber daya alam dan lingkungan tanpa disertai capaian pemulihan yang selesai,” ucap Hendrikus.

Ia menyebutkan pasangan Prabowo-Gibran merupakan sosok dengan latar militer dan pengusaha yang teridentifikasi memiliki sejumlah perusahaan ekstraktif bidang SDA. Sementara sosok kandidat capres lainnya yakni pasangan Anies-Muhaimin berlatar akademisi dan capres urutan ke-3 berlatar pengacara, konsultan, politisi, birokrat. 

Relasi pasangan capres dengan praktik ekstraksi sumberdaya alam dan lingkungan hidup melalui kepemilikan korporasi sektor SDA, kandidat Prabowo-Gibran paling menonjol. Dengan demikian, potensi konflik kepentingan terkait kebijakan lingkungan hidup sangat mungkin terjadi bila kelak terpilih. 

“Namun demikian di balik ketiga kandidat pasangan capres, tentu saja tidak luput dari adanya dukungan sejumlah kalangan pengusaha/pebisnis yang menjadi bagian tim pemenangan masing-masing paslon,” ucap Hendrikus.

Di Kalimantan Barat saja persoalan ekologis krusial terus menanjak dan belum terselesaikan, dari bencana ekologis banjir, karhutla dan asap, lemahnya penegakan hukum konsesi sektor SDA, kerusakan dan pencemaran Sungai Kapuas (sungai terpanjang di Indoneaia). 

Selain itu paslon terpilih juga penting mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan energi terbarukan tanpa memaksakan pendirian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

“Tentu saja, dokumen visi-misi para paslon hanyalah rumusan gambaran gagasan program yang akan dilakukan manakala terpilih. Masih sebatas konsep yang masih harus dibuktikan saat mendapat dan menjalankan amanah bila terpilih kelak,” kata dia. 

SHARE