Rekor Suhu Musim Panas Eropa 2022 Dapat Berulang di Masa Depan

Penulis : Kennial Laia

Perubahan Iklim

Selasa, 20 Juni 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Tahun lalu, kawasan Eropa mencatat suhu terpanas dalam sejarah. Menurut laporan bersama Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dan ilmuwan Uni Eropa, peristiwa tersebut telah menyebabkan ribuan kematian dan dapat terjadi secara rutin di masa depan. 

Laporan tentang keadaan iklim menyatakan bahwa Eropa merupakan benua dengan pemanasan tercepat di planet bumi. Suhunya meningkat sekitar dua kali rata-rata global sejak 1980-an. 

Menurut laporan yang terbit Senin, 19 Juni 2023 tersebut, gelombang panas menyebabkan sekitar 16.000 kematian berlebih tahun lalu di Eropa. 

"Sayangnya, ini tidak dapat dianggap sebagai kejadian satu kali atau keanehan iklim," kata Direktur Layanan Perubahan Iklim Copernicus, Dr Carlo Buontempo, dikutip Reuters

Foto ini disediakan oleh pemadam kebakaran wilayah Gironde (SDIS 33) menunjukkan petugas pemadam kebakaran memadamkan api di dekat Landiras, barat daya Prancis, Minggu 17 Juli 2022. Dok via AP

"Pemahaman kami saat ini tentang sistem iklim dan evolusinya memberi tahu kami bahwa peristiwa semacam ini adalah bagian dari pola yang akan membuat tekanan panas ekstrem lebih sering dan lebih intens di seluruh wilayah," tambah Buontempo.

Para ilmuwan telah memperingatkan rekor suhu tinggi yang akan melanda di seluruh dunia karena pemanasan berlebih dari perubahan iklim bercampur dengan El Nino.

Alasan Eropa memanas lebih cepat dibandingkan benua lain berkaitan dengan fakta bahwa sebagian besar benua itu berada di sub-Arktik dan Arktik. Kedua wilayah ini mengalami pemanasan tercepat di Bumi - serta perubahan umpan balik iklim, kata para ilmuwan.

Tahun lalu, gelombang panas laut yang parah dan ekstrem dilaporkan terjadi di beberapa bagian Mediterania, Baltik, dan Laut Hitam, sementara pencairan gletser mencapai rekor tertinggi, tambah laporan itu.

Secara keseluruhan, suhu rata-rata Eropa pada 2022 berada di antara rekor tertinggi kedua dan keempat.

Namun laporan itu mengatakan masih ada harapan. Pasalnya pada tahun yang sama energi terbarukan di Uni Eropa menyumbang lebih banyak listrik (22,3%) daripada gas fosil (20%) untuk pertama kalinya tahun lalu.

SHARE