Jatam Temukan Gas Berbahaya di Area sekitar Sorik Marapi
Penulis : Aryo Bhawono
Energi
Kamis, 15 Mei 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menemukan kandungan gas berbahaya di titik semburan lumpur panas di sekitar area kerja PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) di Desa Roburan Dolok, Mandailing Natal, Sumatera Utara. Kandungan gas itu adalah hidrogen sulfida (H2S), sulfur dioksida (SO2), dan Hidrokarbon Aromatik Polisiklik (HAP).
Temuan ini mereka peroleh ketika melakukan pengambilan sampel pada empat titik semburan lumpur panas di Desa Roburan Dolok, Mandailing Natal pada Sabtu hingga Senin lalu (10-12/5/2025). Kepala Simpul dan Jaringan Jatam, Imam Shofwan, menyebutkan tim mereka mengambil sampel air dan gas di empat titik semburan.
Peralatan uji dilakukan menggunakan merk GASTEC. Hasil analisis sampel gas menunjukkan kandungan gas berbahaya pada empat titik berupa hidrogen sulfida (H2S), sulfur dioksida (SO2), dan hidrokarbon aromatik polisiklik (HAP).
Pada lokasi pertama (Jambu Koling) mereka menemukan kandungan H2S berkisar 4-12 part per million (ppm), SO2 sebesar 1 ppm, dan PAH sebesar 2 ppm.

Lokasi kedua (kebun dekat Samba Tambal) mereka menemukan kandungan H2S sebesar 2 ppm, SO2 sebesar 4 ppm, dan PAH sebesar 2 ppm.
Lokasi ketiga (kebun Pak Yahya) mereka menemukan kandungan H2S sebesar 0,5 ppm, SO2 sebesar 1 ppm, dan PAH sebesar 2 ppm.
Pada lokasi keempat (Samba Tambal) mereka menemukan kandungan H2S sebesar 0,5 ppm, SO2 sebesar 4 ppm, dan PAH sebesar 2 ppm.
“Sampel gas yang diambil dilakukan dari berbagai arah mata angin yang berbeda untuk memberikan gambaran umum dan menunjukkan bahwa semua penjuru terpapar gas itu. Sedangkan tinggi rendahnya tergantung arah angin waktu itu,” ucapnya dalam perbincangan melalui telepon pada Selasa (13/5/2025).
H2S sangat berbahaya jika terpapar pada manusia dalam jumlah tinggi. Gas ini merupakan senyawa kimia beracun yang memiliki bau yang khas seperti telur busuk. Paparan dengan intensitas tinggi menyebabkan iritasi saluran pernapasan, gangguan pernapasan, dan pada kasus yang parah dapat menyebabkan keracunan akut hingga kematian.
Paparan kronis H2S juga dapat memiliki dampak negatif pada sistem saraf, kulit, dan organ tubuh lainnya.
SO2 bersifat toksik karena mengandung sulfur (seperti minyak mentah dan batu bara). Gas ini dapat menyebabkan iritasi mata serta sistem pernapasan, seperti selaput lendir hidung, kerongkongan, dan paru-paru. Pada paparan kadar tinggi, gas SO2 dapat mengiritasi paru-paru yang menyebabkan kesulitan bernapas hingga kematian.
Tak hanya bagi kesehatan tubuh, paparan S02 juga dapat merusak ekosistem dan makhluk hidup.
HAP merupakan polutan di udara, tanah, dan padatan yang mengendap pada fase cair dan sedimen. Sebagian besar HAP bersifat karsinogenik, mutagenik, dan teratogenik; serta mempunyai daya bioakumulasi tinggi untuk membahayakan kesehatan manusia.
Area pengambilan sampel gas berbahaya di Desa Roburan Dolok, Madina, Sumatera Utara. Foto: Jatam
Sedangkan hasil sampel air hingga kini masih dalam proses uji lab untuk mengetahui kandungan zat yang ada di dalamnya.
Kebocoran gas di sekitar PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) , kata dia, seringkali terjadi.Catatan mereka menyebutkan sepanjang proses produksi, perusahaan itu berkali mengalami kebocoran hingga menyebabkan maut bagi warga dan pekerjanya sendiri.
Pada 25 Januari 2021, saat uji coba sumur warga mengalami keracunan karena kebocoran gas beracun.
Pada 6 Maret 2022, insiden serupa juga terjadi. Sebanyak 52 orang jadi korban dan dilarikan ke rumah sakit. Pada bulan berikutnya, pipa gas kembali bocor dan mengeluarkan semburan lumpur panas bercampur gas beracun, sebanyak 21 orang keracunan, salah satunya bayi berumur enam bulan.
“Seharusnya pemerintah bertindak cepat karena kebocoran macam ini sering terjadi di kawasan Sorik Marapi. Lokasi-lokasi pengambilan sampel sendiri merupakan akses jalan menuju pertanian, artinya sering digunakan masyarakat. Seharusnya ada mitigasi dan penanganan supaya tak terjadi tragedi yang sama,” kata dia.
Ia pun menekankan langkah awal yang dapat dilakukan pemerintah, sembari melakukan mitigasi dan penanganan, adalah menyetop aktivitas penambangan panas bumi untuk energi.
Jika pemerintah lamban, bersikap prosedural, dan menutup informasi, maka mereka mempertaruhkan nyawa warga di sekitar Sorik Marapi – khususnya kawasan Roburan Dolok.
“Kalau menunggu tragedi, bisa kita lihat betapa murahnya nyawa dipertaruhkan demi investasi energi ini,” ucap dia.
Tampak wellpad V, PLTP Sorik Marapi, yang dioperasikan oleh PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP),
Kepala Bidang Penanganan Darurat, Peralatan, dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara, Sri Wahyuni Pancasilawati, menyebutkan sejak awal April mereka mendapatkan laporan semburan lumpur namun tidak menyebutkan adanya gas berbahaya. Hingga saat ini kerusakan lahan akibat semburan tersebut telah emrusak lahan warga sekitar 5 hektare.
Lembaganya juga menindaklanjuti kedatangan tim Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang turun ke lapangan untuk observasi dan pengambilan sampel.
Pihaknya telah mempersiapkan himbauan jika memang ditemukan gas berbahaya di sekitar semburan lumpur panas tersebut.
“Himbauan ini belum dilaksanakan karena memang belum ada hasil laporan dari Kementerian ESDM di Jakarta,” kata perempuan yang kerap dipanggil Yuyun ini melalui telepon.
Sementara Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiyani Dewi, menyebutkan masih menunggu hasil laboratorium Badan Geologi atas sampel yang diambil.
“Tiga minggu lagi kami tunggu dari Badan Geologi,” tulisnya melalui pesan.
Ia pun enggan menanggapi hasil uji sampel kandungan gas beracun yang dilakukan Jatam.
“Saya tidak tahu,” kata dia.
SHARE