Kemiripan Nyanyian Paus Bungkuk dengan Bahasa Manusia
Penulis : Kennial Laia
Spesies
Senin, 10 Februari 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Nyanyian paus bungkuk tersusun dengan cara yang mirip dengan bahasa manusia, yakni suara lebih pendek lebih sering digunakan dibandingkan suara yang lebih kompleks. Struktur ini membantu bayi dengan cepat belajar cara berkomunikasi dari orang yang lebih tua di kedua spesies tersebut.
Menurut para ilmuwan, dalam berbagai bahasa dan nyanyian paus, beberapa kata, atau elemen serupa kata, sering digunakan sementara kata lain jarang digunakan. Mereka mengikuti pola yang dikenal sebagai “Distribusi Zipfian”, di mana kata yang paling sering digunakan dalam suatu bahasa digunakan dua kali lebih sering dibandingkan kata paling umum kedua, dan tiga kali lebih sering digunakan dibandingkan kata paling umum ketiga, dan seterusnya.
Semua bahasa manusia – baik tertulis, lisan atau isyarat – memiliki sifat-sifat umum yang membantu bahasa diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Para peneliti mendeteksi unsur kata ketika menganalisis rekaman paus bungkuk selama delapan tahun di Kaledonia Baru, dan menemukan bahwa nyanyian paus memiliki ciri khas yang sama yang membuat bahasa manusia dapat dipelajari. Temuan baru ini dipublikasikan di jurnal Science, Kamis (6/2).
Jenny Allen, pakar struktur nyanyian paus di Universitas Griffith dan salah satu penulis makalah tersebut, mengatakan salah satu hal yang membuat paus bungkuk begitu menarik adalah seberapa sering nyanyian mereka berubah dan seberapa cepat paus dapat mempelajari nyanyian baru.
“Bahasa manusia dan nyanyian paus dipelajari secara budaya, sehingga paus mempelajari nyanyian tersebut dari paus lain yang menghabiskan waktu bersama mereka. Itu sebabnya semua paus dalam satu populasi akan menyanyikan lagu yang sama,” ujarnya.
“Satu-satunya spesies lain yang Anda lihat pembelajarannya pada skala spasial adalah pada manusia,” ujarnya.
Penemuan tak terduga mengenai struktur paralel dalam bahasa manusia dan kicauan ikan paus ini dimungkinkan berkat kolaborasi unik antara ahli biologi kelautan, ahli ekologi perilaku, ilmuwan, dan ahli bahasa.
Simon Kirby, pakar evolusi bahasa di University of Edinburgh dan salah satu penulis makalah ini, mengatakan wawasan tentang pembelajaran bayi adalah “kunci yang membuka penemuan ini”.
Menurutnya bayi manusia menggunakan pendekatan yang disebut “pembelajaran statistik” untuk mengidentifikasi kata-kata dalam aliran bahasa yang terus menerus mereka pelajari. “Kedengarannya teknis dan rumit,” kata Kirby, “tetapi sebenarnya ini sangat sederhana.”
Kirby mengatakan, bayi memperhatikan bahwa suara dalam kata-kata sering kali saling menempel, dan lebih mudah diprediksi dibandingkan melintasi batasan kata. Para peneliti menggunakan hal ini untuk mengidentifikasi elemen suara mirip kata dalam nyanyian paus.
Setelah para peneliti menerapkan analisis yang terinspirasi dari bayi ini pada rekaman nyanyian paus, mereka menemukan persamaan lain, termasuk bahwa pola penggunaan kata dalam bahasa manusia cocok dengan pola statistik elemen suara dalam nyanyian paus bungkuk.
Para peneliti menekankan bahwa penemuan mereka adalah tentang struktur, bukan konten, dan manusia tidak akan dapat bicara dalam bahasa paus dalam waktu dekat.
Bahasa manusia dan nyanyian paus bungkuk memiliki peran yang sangat berbeda, kata Allen.
“Kami percaya nyanyian ikan paus merupakan pertunjukan reproduksi, karena hanya ikan paus jantan saja yang bernyanyi, dan mereka biasanya bernyanyi di tempat perkembangbiakannya,” katanya.
Dia mengatakan bahkan ketika lagunya menjadi rumit, kemungkinan hal ini ditujukan untuk mengesankan paus betina atau mengintimidasi paus jantan.
SHARE