Dana Hijau di COP29: Indonesia Mendapat Rp 20T   

Penulis : Kennial Laia

Energi

Selasa, 19 November 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  KTT iklim PBB atau COP29 memasuki minggu kedua di Baku, Azerbaijan. Konferensi ini dihadiri leh 60 ribu delegasi seluruh pemerintah di dunia, juga dari pihak bisnis dan keuangan. 

Adapun beberapa kesepakatan pendanaan terjadi sejak konferensi dimulai pada 11 November lalu. Indonesia, salah satunya, mendapatkan pembiayaan hijau sebesar €1,2 miliar (sekitar Rp 20,18 triliun) untuk sektor kelistrikan dari Kreditanstalt für Wiederaufbau (KfW), bank pembangunan milik pemerintah Jerman yang fokus pada pembangunan berkelanjutan.

Pendanaan ini melibatkan PT PLN dan KfW, yang menandatangani Memorandum of Understanding (MOU), untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) pumped storage dan transmisi yang menghubungkan ke pembangkit hijau. 

“Kami telah memiliki strategi baru selama lima tahun ke depan dengan mencapai pertumbuhan ekonomi minimal 8% secara berkelanjutan,” kata Utusan Khusus Presiden untuk Delegasi Indonesia di COP29, Hashim Djojohadikusumo, dalam keterangan tertulis yang diakses redaksi, Senin, 17 November 2024. 

Utusan Khusus Presiden Indonesia, Hashim Djojohadikusumo, di COP29 Baku, Azerbaijan. Dok. PLN

Menurut Hashim, pemerintah berencana mengembangkan energi terbarukan sebesar 75% dari total penambahan kapasitas listrik sebesar 100 gigawatt (GW). “Kami akan menjadi negara besar yang akan memenuhi tanggung jawab dalam menjaga masa depan lingkungan,” katanya. 

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan pendanaan KfW di COP29 diharapkan dapat menarik lebih banyak mitra internasional untuk bekerja sama dengan pemerintah Indonesia. “Kolaborasi ini menandakan langkah proaktif PLN dalam memperluas kemitraan internasional dalam meningkatkan swasembada energi nasional yang berkelanjutan searah dengan aksi iklim global,” kata Darmawan.

Sustainability Officer KfW Group, Jürgen Kern mengatakan: “Kami percaya bahwa Indonesia-Jerman terus bisa memperkuat kemitraan di sektor energi. Terutama dalam proyek energi bersih seperti panas bumi, air dan juga transmisi. Untuk mencapai target NZE, diperlukan kolaborasi dan kemitraan yang baik.”  

Pengumuman pendanaan lainnya antara lain dari Multilateral Development Bank (MDB). Kelompok bank pembangunan multilateral terkemuka di dunia ini, termasuk Bank Dunia dan Bank Investasi Eropa, mengatakan mereka secara kolektif berencana untuk meningkatkan pinjaman terkait perubahan iklim kepada negara-negara miskin dan berpendapatan menengah hingga $120 miliar per tahun. 

Sementara itu Asian Development Bank (ADB) mengatakan kepada Reuters bahwa pihaknya berencana untuk berinvestasi hingga $7,2 miliar pada proyek-proyek terkait perubahan iklim setelah Amerika Serikat dan Jepang setuju untuk menanggung sebagian pinjaman negara yang ada. 

Bank Pembangunan Asia mengumumkan program adaptasi iklim senilai $3,5 miliar selama tujuh tahun yang bertujuan membantu masyarakat dan dunia usaha beradaptasi terhadap pencairan gletser di Kaukasus Selatan, Asia Tengah, dan Pakistan dengan mempromosikan penggunaan air berkelanjutan dan ketahanan pangan. ADB akan menyediakan sebagian besar pendanaan, dan, bersama dengan hibah dari Global Climate Fund yang harus mendapat persetujuan, ADB bertujuan untuk mendatangkan investor sektor swasta guna membantu kawasan ini beradaptasi terhadap dampak mencairnya gletser dengan cepat.

Ada pula Acumen. Investor nirlaba ini mengatakan pihaknya berencana untuk menginvestasikan $300 juta selama lima tahun untuk mendukung proyek adaptasi pertanian di Afrika Timur dan Barat, India, Amerika Latin, dan Pakistan.

Acumen termasuk dalam kelompok investor berkelanjutan yang berdampak, artinya mereka harus melakukan perubahan yang terukur. Pendanaan lainnya:

  • Financing Asia's Transition Partnership 

Inisiatif filantropi publik-swasta yang dipimpin oleh Otoritas Moneter Singapura, diluncurkan pada pembicaraan COP28 di Dubai dan menargetkan $5 miliar di beberapa proyek, mengatakan pihaknya telah menyetujui langkah selanjutnya dengan para mitra.

Diantaranya, program utang infrastruktur Transformasi Industri akan dilakukan dengan bekerja sama dengan International Finance Corporation, Mitsubishi UFJ Financial Group, Nippon Ekspor dan Asuransi Investasi, AIA Group dan BlackRock.

Kemitraan lainnya, yaitu Green Investments, akan membuat Pentagreen Capital, perusahaan patungan antara pemberi pinjaman HSBC dan investor negara Singapura Temasek, akan berinvestasi hingga $1 miliar dalam infrastruktur berkelanjutan.

  • Climate investment funds

CIF, yang menawarkan dana yang sangat lunak untuk proyek-proyek iklim yang pada gilirannya membantu menarik pemberi pinjaman multilateral dan swasta lainnya, mencatatkan program penerbitan obligasi di Bursa Efek London. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan dana tersebut akan menghasilkan $75 miliar selama 10 tahun.

SHARE