Sawit Terpapar Deforestasi Cemari Pasar Domestik dan Global

Penulis : Kennial Laia

Sawit

Rabu, 09 Oktober 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Data ketelusuran terbaru menunjukkan, minyak sawit Indonesia yang terpapar deforestasi sebagian besar dipasok untuk pasar domestik serta global seperti Tiongkok, India, dan Uni Eropa.  

Data ini diungkap dalam pembaharuan teranyar  yang dikeluarkan oleh Trase, sebuah platform data yang memberikan transparansi terhadap deforestasi dan perdagangan komoditas pertanian, terutama kelapa sawit. Pemutakhiran ini menambahkan indikator baru dari sisi rantai pasok, termasuk deforestasi tahunan akibat kelapa sawit dan emisinya serta data pabrik yang bersertifikasi berkelanjutan seperti Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) dan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). 

Akhmad Kamaluddin, peneliti Auriga Nusantara yang menjadi salah satu mitra platform tersebut mengatakan, pemutakhiran tersebut menggunakan data 2013-2022, setelah sebelumnya menggunakan data 2013-2021. Sebagai catatan, Trase.earth dibangun sejak 2015, kolaborasi berbagai universitas serta lembaga internasional dan Indonesia. 

“Analisis ketelusuran terbaru ini menunjukkan, sawit Indonesia masih terpapar deforestasi, dan produk-produknya masuk ke pasar domestik hingga global,” kata Kamal, dalam peluncuran pemutakhiran data sawit dalam Trase secara daring, Selasa, 8 Oktober 2024. 

Foto udara pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit di hutan gambut Babahrot, Aceh Barat Daya, Aceh. Dok. Betahita/Istimewa

Sepanjang 2013-2022, pembeli utama sawit Indonesia adalah pasar domestik sebesar 33,6%. Kemudian disusul India (12,5%), Eropa (8,7%), China (8,4%), dan Pakistan (5,4%). Sawit Indonesia juga diekspor ke Bangladesh (2,9%), Mesir (2,4%), dan Amerika Serikat (2,3%). 

Berdasarkan data Trase, sepanjang 2013-2022, rantai pasok produk sawit Indonesia terpapar deforestasi. Mayoritas masuk ke dalam pasar domestik (53,5%), Tiongkok (7,78%), dan India (6,12%). Sementara itu Uni Eropa terpapar deforestasi dalam rantai pasoknya sebesar 4%. 

Dari empat tujuan ekspor ini, hanya Uni Eropa yang memberlakukan sistem keberlanjutan melalui regulasi uji tuntas deforestasi (EUDR), termasuk untuk komoditas kelapa sawit. Namun per 2 Oktober 2024, Komisi Uni Eropa telah mengumumkan akan mengajukan proposal penundaan regulasi tersebut hingga 12 bulan sejak rencana awal pada Desember 2024.  

“Hingga penundaan ini diumumkan, kemungkinan yang bisa disimpulkan saat ini adalah bahwa ‘sawit kotor’ ini kemungkinan diserap di pasar domestik, Tiongkok, dan India,” kata Kamal. 

Pemutakhiran data tersebut juga melihat produksi minyak sawit mentah (CPO) mengalami kenaikan. Di sisi lain, deforestasi juga cenderung mengalami peningkatan setelah menurun secara signifikan pada periode 2014-2021 selama pemberlakuan moratorium perizinan sawit sejak 2018 dan kemudian berakhir pada 2021. 

Data sawit Indonesia yang terpapar deforestasi di pasar domestik dan global. Data: Trase.earth

“Namun pada 2022, dan memasuki 2023, deforestasi cenderung meningkat kembali dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kami khawatir ke depan tren ini berlanjut atau luas kehilangan tutupan hutan itu bertambah,” kata Kamal. 

Direktur Eksekutif WW Indonesia Aditya Bayunanda mengatakan, platform ketelusuran yang lengkap sangat bermanfaat untuk parapihak dalam industri sawit. “Ini sangat relevan. Walau EUDR ditunda selama setahun, hal yang sudah terlihat adalah bahwa pasar akan bergerak ke arah yang lebih ramah lingkungan dan iklim. Salah satunya komoditas tidak menimbulkan deforestasi,” katanya. 

“Transparansi dan ketelusuran ini tidak hanya berlaku bagi sawit, tetapi juga komoditas pertanian lainnya. Maka tinggal bagaimana mempersiapkan infrastruktur ketelusuran, jangan sampai jadi momok besar untuk Indonesia,” katanya. 

Ketua Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) Ristika Putri Istanti mengatakan, sistem ketelusuran membutuhkan data. Namun saat ini ketersediaan data menjadi tantangan bagi pemerintah daerah, termasuk informasi terkait deforestasi. “Data dibutuhkan di daerah, untuk membangun baseline agar pemerintah daerah memiliki skenario mitigasi dan supervisi terkait deforestasi di daerahnya sendiri,” kata Ristika. 

Tren deforestasi akibat industri kelapa sawit kembali meningkat sejak berhentinya moratorium sawit pada 2021. Data: Trase 

SHARE